Berkunjung ke Palembang jangan lupa singgah ke masjid agung Palembang. Masjid yang usianya sudah 300 tahunan ini konon pernah menjadi masjid yang paling cantik di Hindia Belanda pada zamannya.
Siapa yang tahu bahwa Palembang merupakan salah satu kota tertua bukan hanya di Indonesia, bahkan di dunia.ย Berdasarkan sejarahnya, Palembang dahulu kala didirikan oleh Dapunta Hyang pada tahun 682 Masehi.ย Konon kota yang terkenal akan olahan ikannya ini sudah ada sejak kerajaan Sriwijaya berdiri.
Menginjakkan kaki ke Palembang tentu saja akan banyak sekali cerita sejarah yang bisa ditapaki. Salah satunya melalui wisata Religi. Dan tak salah jika tujuan utama wisata untuk rohani ini dijatuhkan pada Masjid Agung Palembang.
Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang
Mendengar nama kota Palembang, ingatan akan langsung mengacu pada makanan khasnya yang enak sekali. Pempek, tekwan, lakso dan masih banyak lagi. Namun tahukah bahwa Palembang memiliki segudang wisata sejarah yang sangat menarik untuk dikunjungi?
Salah satu dari sekian banyak itu adalah masjid agung Palembang. Sempat dikenal dengan nama Masjid Sulton, masjid ini sudah ada sejak abad ke 17. Tepatnya pada tahun 1738. Kala itu Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikromo yang mendirikannya.
Pada kenyataannya, masjid ini adalah masjid kedua yang dibangun pada lokasi yang sama. Sebelumnya adalah masjid yang dibangun oleh sultan Ki Gede Ing Suro. Sayangnya masjid tersebut terbakar ludes ketika perang melanda Palembang kala itu. Perang terjadi antara penduduk asli Palembang dengan Belanda.
Proses pembangunan masjid yang kedua bukanlah hal yang mudah. Kira-kira butuh waktu 10 tahun hingga masjid agung ini berdiri.
Pembangunan demi pembangunan pun terus berjalan seiring bergantinya kepemimpinan. Mulai dari perluasan lahan yang awalnya hanya sekitar 1000 meter . Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan menara pada era pemerintahan Sultan Ahmad Najamuddin.
Tak sampai disitu saja. Bahkan pemerintah kolonial Belanda pun turut andil dalam proses renovasi masjid. Dan puncaknya masjid benar-benar mengalami renovasi besar-besaran pada tahun 1999.
Perombakan dilakukan pada bangunan utama masjid dengan tetap mempertahankan nuansa khas Palembang. Ciri khas ini dapat dilihat jelas pada kayu-kayu yang digunakan. Adanya ukiran khas palembang yang menghiasi dengan apik di sana.
Dan kini masjid agung Palembang telah resmi ditetapkan sebagai salah satu situs cagar budaya. Tingginya nilai sejarah membuat pemerintah merasa punya kewajiban untuk menjaga salah satu peninggalan Sultan ini.
Sentuhan Akulturasi Budaya yang Amat Terasa
Menengok setiap bangunan bersejarah tentu sangat erat kaitannya dengan perkawinan kebudayaan. Begitu pula yang nampak pada masjid agung Palembang yang kini kembali kenama pendirinya, yaitu masjid Sultan Mahmud Badaruddin. Setidaknya ada beberapa budaya yang menyatu dengan sangat indah. Yakni Eropa, Tionghoa dan Indonesia.
Pesona masjid Sultan Mahmud Badaruddin nampak jelas. Sejak awal masuk ke serambinya yang nampak pertama kali adalah sentuhan arsitektur khas Eropa. Dimana pintu-pintu dibangun dengan ukuran yang besar.
Tak hanya itu, sentuhan budaya Tionghoa juga terasa amat kental. Lihat saja bagian atapnya. Tak seperti umumnya masjid yang dibangun dengan kubah di bagian atapnya. Masjid ini malah memilih bentuk limas dan atap berundak tiga. Mirip seperti bangunan Vihara.
Sedangkan budaya Indonesia diwakili oleh pola bunga yang merekah pada mahkota atau puncak mustakanya. Model bangunan semacam ini diadaptasi dari kebudayaan hindu-budha. Sedangkan puncak menara dibuat mengerucut. Sebagai simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Perpaduan ketiga budaya tersebut menghasilkan sebuah bangunan yang sangat anggun. Tetap terlihat megah tanpa mengurangi nilai tradisinya.
Jam digital masjid termasuk dalam salah satu komponen penting untuk menunjang tampilan masjid itu sendiri. Jika dulu jam hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu saja. Kini fungsinya bisa juga sebagai penambah nilai estetika. Tak heran jika kini banyak sekali rumah masjid yang menggunakannya.
Tak sulit bagi para wisatawanย jika ingin berkunjung ke masjid ini. Lokasinya terbilang sangat strategis. Yaitu berada tepat di sebelah Kesultanan Palembang. Lebih tepatnya, lokasinya ada di antara Jalan Merdeka dan Jalan Sudirman, Palembang.
Masjid agung Palembang masih aktif digunakan untuk sholat setiap hari. Bahkan tak hanya itu. Ada banyak agenda dakwah yang telah tersusun rapi hingga satu tahun kedepan. Hal ini tetap akan dipertahankan hingga kapanpun. Mengingat tujuan awal pendirian masjid agung ini adalah untuk sarana dakwah sepanjang masa.